Rabu, 06 April 2016

Review Buku : Sabtu Bersama Bapak

Judul Buku : Sabtu Bersama Bapak
Pengarang : Adhitya Mulya
Kategori     : Fiksi (Novel)
Penerbit     : GagasMedia

Buku dengan tebal sekitar 270-an halaman ini dikemas dengan bahasa yang ringan dan down-to-earth, terkesan ramah, sederhana tapi gak kuno. Meski jauh dari kesan "nyastra", banyak rangkaian kalimat yang dipaparkan tetap "deep", indah dan cocok banget dijadiin quotes gitu hehehe.

Buku ber-POV orang ketiga yang lompat-lompat menceritakan satu tokoh dengan persoalan yang berotasi di hidupnya ke karakter lain ini, cukup sederhana, sesederhana premis cerita :
"Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemua yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan...tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji akan selalu ada bersama mereka."

Yup. Segala sesuatu tentang buku ini berputar pada sebuah keluarga, dengan kepala keluarga yang sempurna dengan segala ketidaksempurnaannya, dan dengan pendamping sang kepala keluarga yang juga tak kalah sempurnanya. Keluarga yang bahagia.

Meski diceritakan sudah tiada, tokoh "Bapak" adalah tokoh sentral (dan juga bagian dari judul) di buku ini, jadi beliau adalah tokoh yang sangat penting. Dan mungkin karena beliau adalah tokoh "utama" yang sangat penting, beliau dilukiskan sempurna. Bijaksana, baik, cerdas, sukses, sederhana, selalu bisa mengatasi apa pun, dll. Well...bukan berarti tokoh "Bapak" ini tanpa flaws sama sekali. Kekurangannya banyak kok, tapi entah kenapa semakin menambah kesan "perfect" sang tokoh. Tapi bukankah memang begitu lah orangtua, sempurna dengan segala ketidaksempurnaan mereka? :)

Lalu...sepanjang cerita kita akan banyak diceramahi oleh tokoh yang perfect seperti itu. Tentang hidup. Tentang cinta. Tentang banyak hal. Nyebelin? Hmm...ini seperti pisau dua sisi. Dari apa yang saya tangkap di kata pengantar, sejak awal penulis memang berniat menulis buku yang berguna dan memberikan pelajaran (well, ceramah) seperti ini, dan dasar itu lah yang membuat buku ini "indah". Tapi mungkin bagi kebanyakan orang, novel yang menggurui dan menceramahi seperti ini malah akan terkesan mendikte dan sangat tidak menyenangkan untuk dibaca. Tapi tidak bagi saya. Pertimbangan saya menyukai sebuah buku adalah dari apa yang bisa saya dapatkan dari buku tersebut. Bisa hiburan, keceriaan, motivasi, pelajaran, dan lainnya. Jadi selama ada yang bisa saya dapatkan, tidak masalah.

Buku yang hebat adalah buku yang menginspirasi (guru keleus...hehe). Dan novel ini menginspirasi saya untuk jadi lebih baik. Saya merenungi, menyesali, menghargai, mensyukuri dan merencanakan banyak hal.

Tak hanya membuat kita jadi lebih menghargai orangtua, buku ini juga bisa membuat kita belajar tentang bagaimana mempersiapkan diri sebelum menjadi orangtua. Buku ini juga mengajarkan untuk menghargai waktu, menghargai orang lain, menghargai diri sendiri. Ada kesalahan soal tahun keluaran Iphone...tapi ya, jangan fokus ke kesalahannya dan melupakan semua kelebihannya.

Buku ini saya selesaikan dalam waktu sekitar 3-4 jam. Awalnya hanya ingin baca 1-2 bab sebelum tidur, tapi kebablasan hehe, akhirnya malah begadang dan lanjut baca buku lain. Buku ini membuat semangat baca saya yang sudah lama redup menjadi benderang lagi.

Satu hal yang kurang saya sukai, humornya. Banyak yang lucu dan saya tertawa kecil dan cengengesan sendiri saat baca. Tapi banyak juga humor yang repetitif (terutama soal jomblo), garing, dan...yang paling saya ga suka...humor "dewasa" yang menurut saya ga penting dan ga lucu, malah mengganggu. Tapi mungkin itu karena saya masih muda :'D /plak. Selain dari itu, bagus.

Some Quotes :

- "Jangan menilai orang lain dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang."

- "Bapak menyesali episode kuliah. Sering bolos, malas. Dalam hidup kalian mungkin akan ada yang berkata prestasi akademis itu gak penting, yang penting attitude. Attitude baik kalian tidak akan terlihat oleh perusahaan karena mereka sudah akan membuang lamaran kerja kalian jika prestasi akademis buruk. Prestasi akademis bukan segalanya, tapi akan membuka lebih banyak pintu."

- "Lebih seru mana, bikin mainan atau beli mainan?"

- "Luka, rasa sakit, adalah bagian dari kesenangan bermain, bagian dari kesenangan menjadi anak-anak yang sering orangtua renggut dari anak mereka karena terlalu protektif."

- "Mimpi hanya baik jika kita melakukan planning untuk merealisasikan mimpi itu. Jika tidak, kalian cuma buang waktu."

- "Kalian ingin jadi astronot pertama dari Indonesia? Bisa. Belajar yang benar dari kecil, pilih jurusan kuliah yang tepat, latih fisik. Mengejar mimpi itu perlu dimulai sedini mungkin. Misalnya, kalian baru bermimpi jadi astronot setelah 2 tahun kuliah di studi bangunan, gak kekejar, kan?"

Rating keseluruhan : 4/5


Selasa, 05 April 2016

Benarkah Cantik itu = Putih?

Setiap wanita pasti ingin jadi cantik, kan? :'D
Dan standar kecantikan itu beda-beda, di Indonesia sendiri, standar kecantikan sepertinya masih terpaku pada kulit yang putih seperti orang-orang Barat. Well, putih itu identik dengan kemurnian, kemurnian itu identik dengan keindahan...keindahan itu...ya cantik (?).

Ya, saya juga pernah menginginkan kecantikan yang seperti itu. Bukannya saya tidak bersyukur, tapi di masa-masa smp-sma saya tidak bisa tidak cemburu pada teman saya yang cantik-cantik hehe. Tapi sekarang saya sudah melewatkan masa-masa dimana saya ingin warna kulit saya berubah jadi putih ivory itu dan sudah lebih menerima diri saya apa adanya (meski terkadang masih suka kalau ngeliat kulit teman yang putih-putih heheu).

Saya meminta pendapat jujur dari teman-teman saya, dan beberapa bilang saya sudah putih. Sebenarnya bukan putih, kulit saya jauh sekali dari tipikal kulit putih. Mungkin warna aslinya kuning langsat (yang kadang cerah sehingga terlihat "putih", kadang kucel kusam haha, tergantung cuaca), tapi saya merasa kulit saya sawo matang. Bingung ah...Kembali ke topik tadi, bukannya saya tidak bersyukur, tapi ya...gitu...terintimidasi (?) oleh image kecantikan yang semu itu. Sekarang saya sudah merasa sebenarnya warna kulit tidak penting, semua wanita, apa pun warna kulitnya, tetap cantik. Yang penting kulit bersih, sehat, cerah dan bercahaya, dan untuk mendapatkan kulit yang seperti itu, butuh perawatan.

Saya termasuk suka gonta-ganti dan coba-coba produk perawatan kulit dari yang menurut saya mahal sampai yang standar,bahkan untuk wajah, tapi sejauh ini saya beruntung karena tidak ada masalah yang berarti untuk kulit saya. Karena saya tidak pernah memakai produk "ga jelas" seperti pomade korea (?), krim pemutih siang malam 10rb an dan semacamnya (pernah sekali teracuni produk gaje yang fungsinya sebagai scrub wajah, karena saya dipaksa--ditarik oleh sales kosmetik gaje pas belanja di kawasan mall, lalu "diceramahi dan dipaksa beli",saya sebenarnya beli hanya untuk menghindar, tapi akhirnya teracuni juga dengan janji-janjinya dan produk itu saya pakai sampai habis. Tapi hanya itu, syukurlah wajah saya ga kenapa-kenapa). Mungkin terdengar narsis, hehe, tapi saya suka kulit wajah saya. Sehat, dan hampir tanpa masalah. Masalah selama ini hanya komedo putih, yang meski "tidak terlihat", tetap mengganggu bagi saya, dan masih saya cari cara menghilangkannya. Terkadang muncul satu dua jerawat kalau kulit saya terlalu berminyak atau terlalu "kotor", tetapi kemudian akan kembali seperti biasa.

Cara merawat kulit agar sehat dan cantik...ya...mungkin terdengar klise. Tapi saya pecinta sayuran, saya suka segala macam jenis sayuran dari yang manis sampai yang pahit dan menyiksa (?) lidah. Saya semi-vegetarian hehe, saya tidak makan daging tapi masih makan telur, keju, dan minum susu sesekali. Saya suka tahu, tempe, buah dan makanan-makanan sehat lainnya. Saya tidak minum air 8 gelas per hari, tapi setidaknya minum dalam jumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

Selain merawat dari dalam, saya juga merawat dari luar. Dari sekian banyak produk yang saya coba, untuk wajah, saya paling cocok dengan garnier light complete (bukan promosi :D ), tapi untuk kalian mungkin beda, karena kondisi kulit kita kan beda hehe. Kondisi kulit saya ga jelas..kulit wajah tipe kombinasi, normal tapi lembab dan sehat kecuali di T-Zone yang berminyak. Tapi kadang bisa jadi kering, kadang bisa jadi super berminyak (terutama menjelang period). Sedangkan untuk kulit tubuh sepertinya normal, kadang kering, tapi tidak pernah berminyak.

Setelah mengobservasi, di zaman kekinian ini banyak wanita berkulit putih. Tapi banyak juga kulit "putih" di sekitar biasanya putih karena krim (kelihatan lho...beda putih natural dan putih karena krim pemutih) ditambah lagi bedak yang tebal sehingga terkesan menor. Meskipun "cantik", tapi tidak natural. Kulit juga terlihat tidak sehat dan tersiksa. Jadi daripada "memaksakan diri" untuk mengubah diri dan kondisi (warna dsb) kulit untuk mengejar image cantik, lebih baik sadari kecantikan diri yang sudah ada sedari lama. Rawat kulit tanpa harus merusaknya ya...

Cantik tidak dilihat dari warna kulit, kok :)

Joey Alexander : Pianis Jazz yang Jenius

Yap, jenius. Tidak ada kata lain selain jenius yang tepat untuk melukiskan seorang Joey Alexander. Di usianya yang masih sangat muda, sekitar 12 tahun, dia sudah bisa bermain piano dengan sangat luar biasa. Bakatnya ini menuai banyak kekaguman bahkan di ranah internasional.

Saya sendiri baru tahu Joey beberapa waktu lalu setelah banyak berita tentangnya dishare di media social karena tampil dan masuk ke nominasi Grammy Award, meski sebenarnya Joey sudah berkarya jauh sebelum ini, dan sudah menerima banyak sekali penghargaan, terutama penghargaan internasional.

Meski masih sangat muda, saat Joey memainkan nada-nadanya, dia terlihat (dan terdengar) profesional. Terlihat sekali dia enjoy dengan permainannya. Jemarinya bergerak lincah dan nada-nada seperti menari indah, sangat menyenangkan untuk didengarkan.
Saya jadi sedikit cemburu dengan bakat Joey yang luar biasa, dan setelah mendengarkan permainan Joey, saya jadi ingin sekali bisa bermain musik :')

Ah, ya. Melihat Joey ini entah kenapa saya teringat dengan Arima Kousei dari Shigatsu wa Kimi no Uso, haha. Akan sangat menyenangkan jika ada Kaori-nya ( tentu saja dengan nasib yang berbeda--- :"> ), dengan permainan biola yang tak kalah luar biasa ..

Yang mau kepo-in Joey bisa di Channel Youtube nya, di Twitter nya atau di Fanspage Facebook nya.