Judul Buku : Sabtu Bersama Bapak
Pengarang : Adhitya Mulya
Kategori : Fiksi (Novel)
Penerbit : GagasMedia
Buku dengan tebal sekitar 270-an halaman ini dikemas dengan bahasa yang ringan dan down-to-earth, terkesan ramah, sederhana tapi gak kuno. Meski jauh dari kesan "nyastra", banyak rangkaian kalimat yang dipaparkan tetap "deep", indah dan cocok banget dijadiin quotes gitu hehehe.
Buku ber-POV orang ketiga yang lompat-lompat menceritakan satu tokoh dengan persoalan yang berotasi di hidupnya ke karakter lain ini, cukup sederhana, sesederhana premis cerita :
"Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemua yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan...tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji akan selalu ada bersama mereka."
Yup. Segala sesuatu tentang buku ini berputar pada sebuah keluarga, dengan kepala keluarga yang sempurna dengan segala ketidaksempurnaannya, dan dengan pendamping sang kepala keluarga yang juga tak kalah sempurnanya. Keluarga yang bahagia.
Meski diceritakan sudah tiada, tokoh "Bapak" adalah tokoh sentral (dan juga bagian dari judul) di buku ini, jadi beliau adalah tokoh yang sangat penting. Dan mungkin karena beliau adalah tokoh "utama" yang sangat penting, beliau dilukiskan sempurna. Bijaksana, baik, cerdas, sukses, sederhana, selalu bisa mengatasi apa pun, dll. Well...bukan berarti tokoh "Bapak" ini tanpa flaws sama sekali. Kekurangannya banyak kok, tapi entah kenapa semakin menambah kesan "perfect" sang tokoh. Tapi bukankah memang begitu lah orangtua, sempurna dengan segala ketidaksempurnaan mereka? :)
Lalu...sepanjang cerita kita akan banyak diceramahi oleh tokoh yang perfect seperti itu. Tentang hidup. Tentang cinta. Tentang banyak hal. Nyebelin? Hmm...ini seperti pisau dua sisi. Dari apa yang saya tangkap di kata pengantar, sejak awal penulis memang berniat menulis buku yang berguna dan memberikan pelajaran (well, ceramah) seperti ini, dan dasar itu lah yang membuat buku ini "indah". Tapi mungkin bagi kebanyakan orang, novel yang menggurui dan menceramahi seperti ini malah akan terkesan mendikte dan sangat tidak menyenangkan untuk dibaca. Tapi tidak bagi saya. Pertimbangan saya menyukai sebuah buku adalah dari apa yang bisa saya dapatkan dari buku tersebut. Bisa hiburan, keceriaan, motivasi, pelajaran, dan lainnya. Jadi selama ada yang bisa saya dapatkan, tidak masalah.
Buku yang hebat adalah buku yang menginspirasi (guru keleus...hehe). Dan novel ini menginspirasi saya untuk jadi lebih baik. Saya merenungi, menyesali, menghargai, mensyukuri dan merencanakan banyak hal.
Tak hanya membuat kita jadi lebih menghargai orangtua, buku ini juga bisa membuat kita belajar tentang bagaimana mempersiapkan diri sebelum menjadi orangtua. Buku ini juga mengajarkan untuk menghargai waktu, menghargai orang lain, menghargai diri sendiri. Ada kesalahan soal tahun keluaran Iphone...tapi ya, jangan fokus ke kesalahannya dan melupakan semua kelebihannya.
Buku ini saya selesaikan dalam waktu sekitar 3-4 jam. Awalnya hanya ingin baca 1-2 bab sebelum tidur, tapi kebablasan hehe, akhirnya malah begadang dan lanjut baca buku lain. Buku ini membuat semangat baca saya yang sudah lama redup menjadi benderang lagi.
Satu hal yang kurang saya sukai, humornya. Banyak yang lucu dan saya tertawa kecil dan cengengesan sendiri saat baca. Tapi banyak juga humor yang repetitif (terutama soal jomblo), garing, dan...yang paling saya ga suka...humor "dewasa" yang menurut saya ga penting dan ga lucu, malah mengganggu. Tapi mungkin itu karena saya masih muda :'D /plak. Selain dari itu, bagus.
Some Quotes :
- "Jangan menilai orang lain dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang."
- "Bapak menyesali episode kuliah. Sering bolos, malas. Dalam hidup kalian mungkin akan ada yang berkata prestasi akademis itu gak penting, yang penting attitude. Attitude baik kalian tidak akan terlihat oleh perusahaan karena mereka sudah akan membuang lamaran kerja kalian jika prestasi akademis buruk. Prestasi akademis bukan segalanya, tapi akan membuka lebih banyak pintu."
- "Lebih seru mana, bikin mainan atau beli mainan?"
- "Luka, rasa sakit, adalah bagian dari kesenangan bermain, bagian dari kesenangan menjadi anak-anak yang sering orangtua renggut dari anak mereka karena terlalu protektif."
- "Mimpi hanya baik jika kita melakukan planning untuk merealisasikan mimpi itu. Jika tidak, kalian cuma buang waktu."
- "Kalian ingin jadi astronot pertama dari Indonesia? Bisa. Belajar yang benar dari kecil, pilih jurusan kuliah yang tepat, latih fisik. Mengejar mimpi itu perlu dimulai sedini mungkin. Misalnya, kalian baru bermimpi jadi astronot setelah 2 tahun kuliah di studi bangunan, gak kekejar, kan?"
Rating keseluruhan : 4/5